Usia kehamilan istriku kini sudah menginjak 8 bulan, sudah saatnya untuk istriku meninggalkan pekerjaannya, kami tinggal di kost sederhana yang berlokasi ditengah kota Solo. Dekat dengan pasar Klewer dan Keraton Solo, kost kami tempatnya bersih, suasana juga damai tenteram. Kami merupakan pasangan yang sangat bahagia, dengan kesederhanaan kita, istriku tak pernah menuntut aku, dia apa adanya, selama hamil pun dia tak pernah menyusahkan aku, pemeriksaan rutin kandungan 2 kali dalam sebulan, aku mengantarnya mengendarai motor matic, dia tak pernah komplain, dia sangat menerima dan tak pernah meminta sesuatu lebih. Kini usia kehamilan istriku sudah 9 bulan, saat miinggu kedua aku periksa ke klinik, Dokter Anton mengatakan kalau ketuban istriku sudah tinggal sedikit, kami berdua pun syok, aku pun juga takut. Dokter Anton juga mengatakan kalau situasi seperti ini belum termasuk keadaan yang gawat, beliau berpesan agar secepatnya dibawa ke rumah sakit dan dilakukan penanganan. Jujur perasaan kami antara bingung dan takut, saat pulang kami mampir dulu kerumah Ibu mertua / ibunya istriku, dia mengatakan kalau harus segera cepat - cepat kerumah sakit, kami pun dapat nasehat juga dari saudara, memang benar kalau ketuban tinggal dikit harus segera dibawa ke RS. Oke malam ini kita packing semua perlengkapan, terutama baju ganti istri, Minggu pagi tepat ditanggal 15 September 2019 kami bertolak menuju RS INDRIATI Solo Baru - Sukoharjo, pukul 9 pagi aku mendaftarkan istriku ke UGD, jam 10 barulah istriku masuk kamar UGD dan sudah ditangani Dokter, atas prosedur istriku di pacu, mendapatkan suntikkan dilengan kanan, pacu pertama dimulai, aku selalu berada disisinya, menennangkannya, memberinya semangat, kita bahkan berdoa bersama. Aku juga mengabari keluarga kalau hari ini kami sudah mau melksanakan persalinan,.
Pukul 3 sore barulah istriku mendapatkan obat pacu lagi, kali ini lewat kapsul, aku bsa membayangkan betapa menderitanya dia betapa sakitnya saat akan mengeluarkan janin tersebut, Ibu ku pun tiba dengan adikku, menjenguk istriku dan kuberikan waktu untuk mereka berdua, hingga pukul 5 sore, terlihat pendarahan hebat, panik dong aku... Kupanggilkan Suster dan nampaknya ini adalah isyarat kalau dedek bayi mau keluar, Ibu ku disuruh keluar dan diruangan ada aku, Dokter Anton dan kedua suster, istriku disuruh mengejen, sampai 15 menit dan akhirnya bayi laki - laki imut putih dengan tangisannya yang keras memekakkan keheningan ruangan ini.
Saat membuka mata untuk pertama kalinya
segera aku membisikkan lantunan adzan, si bayi pun terdiam, inilah anakku anak
dari rahim Martanti Pancaningtyas Wulandari. Tangisnya begitu kencang, putih,
ganteng mirip bapaknya. TRISTAN DANENDRA VIRGIAWAN. Nama untuk anakku, istriku
yang menginginkan untuk diberi nama Tristan. Yang berarti Ksatria pelindung
Raja, sedangkan Danendra adalah Raja yang kaya raya. Virgiawan diambil dari
nama belakangku. Alangkah senangnya kita, bayi yang sehat ibunya juga sehat,
dan besok sudah diperbolehkan pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar