Lanjutan dari kisah volume 1. Menunjukkan kejeniusan
Quentin Tarantino, Volume 2 semakin melengkapi kesempurnaan kisah Kill Bill
secara keseluruhan. Bahkan kali ini plotnya lebih edan lagi. Sangat unik, tak
biasa dan tidak mudah ditebak karena mungkin kita disuguhkan tontonan semacam
ini pada dekade 1970-an. Pada volume 2, Tarantino membanting setir. Dari kisah sebelumnya
yang sangat kental dengan budaya (kuno) jepang, kali ini sangat berbau western
burrito seperti film Desperado. Jelas dapat dipastikan campur tangan “saudara”
Tarantino, sutradara Robert Rodriguez, lebih besar dalam film ini. Sekedar
catatan, bukan berarti akan ada baku tembak ala koboi maupun el mariachi di
sini. Melainkan setting dan iringan score western dari komposer, Ennio
Morricone. Setelah Sang Pengantin (Uma Thurman)—yang akhirnya diketahui bernama Beatrix
Kiddo, menghabisi Oren-Ishii (Lucy Liu) dan Vernita Green (Vivica A. Fox) pada
film pertama, berarti nama yang tersisa dalam daftar mati tersebut tinggal
tiga. Adik Bill, Budd (Michael Madsen), Elle Driver (Daryl Hannah) dan Bill
(David Carradine). Seperti yang sudah kita ketahui dari volume 1, bahwa
ternyata sang anak masih hidup. Di sini bisa memancing pertanyaan dalam benak
penonton. Setelah mengetahui fakta itu, apa Beatrix masih ingin membunuh Bill?
Seperti Reservoir Dogs, masih menceritakan flashback masa lalu dari kelima
Deadly Assassin Viper—kecuali Vernita Green yang diceritakan dengan sangat
singkat. Masa lalu Budd, Elle dan Bill serta Beatrix tentunya sangat membawa
kita lebih dekat kepada dunia yang sudah diciptakan Tarantino. Dan untungnya
bukan anime lagi. Yang pasti yang paling menarik adalah bagaimana Elle bisa
kehilangan satu matanya.
Apa Anda masih ingat dengan tampang Gordon Liu yang menjelma sebagai si botak
pemimpin Crazy 88 dalam volume 1? Ia memerankan tokoh paling legendaris, Pai
Mei. Seorang ahli silat kuno yang telah menguasai jurus terhebat dalam sejarah
dunia bela diri. Ini memang tokoh yang tak disangka-sangka kehadirannya.
Berambut putih dan berjenggot panjang, tampilan tua menandakan rapuh adalah
deskripsi yang salah besar.
Mengapa kehadirannya terasa begitu istimewa? Karena dalam empat puluh lima
menit pertama, kita disuguhkan dialog-dialog kehidupan seorang tukang pukul di
barat pedesaan. Dan tiba-tiba aura silat hadir kembali sejak munculnya tokoh
tua bangka ini. Seperti film silat jaman jebot yang tiba-tiba memunculkan sosok
misterius yang akan menjadi mentor bagi tokoh utamanya. Seperti yang dikutip
dari review Saya terhadap volume 1, hal-hal mengenai logika dalam film ini
mohon jangan dipersoalkan. Terutama alasan Beatrix bisa kabur dari hukuman
kubur hidup-hidup.
Kematian Budd dan pertarungan antara Beatrix dan Elle merupakan salah satu
adegan terfavorit. Michael Madsen yang lebih dikenal dengan Mr. Blonde
memberikan kesan beda saat menjadi Budd dengan saat menjadi kriminil penyiksa
polisi itu. Di trailer kecil tempat tinggal Budd yang dijadikan arena
bertarung, memang tidak banyak gerakan yang bisa dimaksimalkan. Kecuali dengan
satu jurus mematikan yang digunakan untuk membunuh musuh dalam jarak dekat. Dan
itu sangat efektif. Kesan hiperbol menjadi sesuatu yang unik yang sangat jarang
ditemukan sekarang. Bagaimana Elle menjelaskan kehebatan ular Black Mamba dan
Bill menceritakan betapa saktinya Pai Mei.
Anda akan kecewa jika Anda penggemar film aksi. Karena Volume 2 lebih dibuat
drama. Termasuk pada saat Beatrix dan Bill saling berhadapan, yang terjadi
bukannya pertarungan berdarah, namun sangat dipenuhi dialog-dialog yang dalam
termasuk di dalamnya pembicaraan superhero. Itu mengingat volume 1 sudah
terlanjur dicap film aksi, sehingga penonton menginginkan lebih banyak aksi dan
kekerasan. Seperti film-film silat jaman Sonny Chiba, duel terakhir merupakan
ajang menunjukkan kebolehan jurus yang dianggap sangat mematikan. Itu konsep
dasar yang digunakan Tarantino untuk mengakhiri daftar matinya. Tapi tidak ada
salahnya kan duel hidup dan mati ayah-ibu yang disaksikan di depan mata anaknya
sendiri?
Kalau dihitung, durasi gabungan Kill Bill ini mencapai sekitar tiga setengah
jam. Jadi kalau saja menonton Kill Bill disertai overture dan exit music, Anda
sama saja dengan menonton Gone With the Wind, Ben Hur ataupun Lawrence of
Arabia. Pantas saja Miramax menolak keinginan Tarantino untuk merilis Kill Bill
secara utuh. Tapi tidak bagi maniak Tarantino. Secara jujur saja, menonton Kill
Bill secara utuh akan lebih bagus. Tarantino telah membuat salah satu saga
terpanas abad ini. Pengalaman menonton yang tak terlupakan.
DOWNLOAD FILMNYA !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar