Arti Hari Valentine
Sekitar 1.745 tahun silam, lebih tepatnya tanggal 14 Februari 270 M. terjadi peristiwa besar dimana seorang pemuda yang memiliki teguh pendirian dengan kayakinannya dan merupakan seorang perjuang kristen mendapat hukuman mati karena ketguhannya itu, pemuda tersebut bernama Santo Valentine.
Seiring
dengan bergantinya zaman, para pemuda dan pemudi sekarang merayakan hari
tersebut di jadikan hari perayaan kasih sayang, yang kebanyakan mereka
merayakan tanpa alasan yang jelas atau hanya mengikuti trend yang sedang
muncul.
Untuk lebih
jelsnya kita akan membahas berbagai hal yang terkait dengan hari Vaalentine
atau Valentine Day’s.
Awal Mula Peristiwa Hari Valentine : Awal kecintaan yang menjadi dasar dari Hari Valentine adalah kecintaan bangsa Romawi Paganis terhadap sesembahan mereka, bukan kecintaan antara manusia seperti saat ini. Oleh Bangsa Romawi Paganis Hari Valentine Day merupakan salah satu hari besar mereka sebagai wujud kecintaan terhadap sesembahan mereka yaitu berhala.
Sejarah dari
Hari Valentine tidak memiliki dasar yang jelas, sehingga pada perkembangannya
hingga pada hari inipun kita masih menemui banyak versi yang dijadikan dasar
munculnya Hari Valentine.
Kurang lebih 17 abad yang lalu perayaan Hari Valentine Day sudah ada, perayaan ini dimaksudkan untuk menghormati dewa Lupercus atau dewa kesuburan, yang dilambangkan dengan manusia setengah telanjang dan berpakaian kulit binatang.
Orang Romawi
melakukan upacara di awali dengan memotong seekor anjing dan kambing jantan dua
ekor, kemudian disusul orang berlari-lari dengan keadaan setengah telanjang
dengan mencambuki para gadis yang setengah telanjang pula dengan cambuk yang
terbuat dari kulit kambing yang disembelih tadi, ritual semacam ini telah
dilakukan oleh bangsa Romawi hingga tahun 496 Masehi. Dimaksudkan
sebagai ritual pemurnian dan kesuburan. Puncak Lupercalia pada 15
Februari, di kaki Bukit Palatine, di samping gua yang diyakini menjadi tempat
serigala betina menyusui Romulus and Remus (pendiri kota Roma dalam mitologi
Romawi). Dan orang-orang Romawi percaya ritual ini dapat menjadikan para
gadis-gadis lebih subur.
Dalam acara ini pula biasanya dieselingi dengan mencari pasangan dengan cara diundi. Tata cara pengundiannya, nama-nama gadis di tulis dalam sebuah gulungan kertas kecil kemudian diambil salah satu untuk dijadikan pasangan dari leki-laki yang telah dipilih, kemudian keduanya dikawinkan, dan keduanya akan menjalani hidup bersama selama satu tahun pertama setelah itu wanita boleh ditinggalkan begitu saja, dan si wanita akan menuliskan namanya kembali untuk dapat mengikuti undian pada tahun berikutnya.
Selain itu menurut versi yang lain pada 14 Februari 269 M, adalah hari meninggalnya Santo Valentine, ia adalah seorang pendeta sekligus dokter yang dermawan.
Kaisar
Claudius II adalah kaisar yang kejam di jamannya, dan Santo hidup di zaman ini.
Saat itu kaisar menginginkan memiliki tentara militer, sehingga semua laki-laki
saat ini harus masuk menjadi militer pengikut sang kaisar yang kejam. Karena
para pemuda dan laki-laki tidak mau menjadi tentara militer kaisar,
dengan alasan mereka tidak mau meninggalkan para kekasih dan keluarganya, maka
kaisar membuat pertauran yang sangat konyol agar mereka mau menjadi tentara
militer kaisar, yaitu melarang mereka malkukan pernikahan. Tak terkecuali santo
pun menolak dan tidak setuju dengan peraturan ini.
Santo pun
tetap menjalankan tugasnya sebagai pendeta yaitu menikahkan pasangan yang ingin
menikah, meskipun dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dalam sebuah kapel
kecil. Praktek inipun tercium oleh kaisar, sehingga kaisar pun memberikan
peringatan namun tidak dihiraukannya. Al hasil pada suatu malam Santo
tertanglkap saat menikahkan sepasang kekasih, namun pasangan ini dapat kabur.
Santo pun di jebloskan dalam penjara yang pada akhirnya dihukum mati dengan
dipenggal kepalanya.
Saat agama
Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran
Hari Valentine. Untuk mensiasatinya, para pemimpin gereja mencari tokoh baru
sebagai pengganti Lupercus (Dewa Kasih Sayang). dan pada Akhirnya mereka
menemukan Santo Valentine sebagai pengganti Lupercus.
Pada tahun 494 M, Paus Gelasius I mengganti upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun berselang, Paus Gelasius I mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal meninggalnya Santo Valentine sebagai bentuk pengkultusan dan penghormatan terhadap Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria ditiadakan dan diganti dengan Perayaan “Hari Valentine”.
Sisa-sisa
kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma,
diyakini sebagai jenazah Santo Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti
emas yang kemusdian dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di
Dublin (Irlandia). Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus
Gregorius XVI di tahun 1836.
Pada hari
Valentine Banyak wisatawan berziarah ke gereja Whitefriar Street Carmelite
Church, di mana saat itu peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan
dibawa ke sebuah altar tinggi.
Pada hari itu diadakan sebuah misa khusus dan dipersembahkan kepada para muda-mudi yang sedang menjalin hubungan cinta.
Pada hari itu diadakan sebuah misa khusus dan dipersembahkan kepada para muda-mudi yang sedang menjalin hubungan cinta.
Kemudian
pada tahun 1969 Hari raya valentine dihapus dari kalender gerejawi hal tersebut
sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa
yang asal-muasalnya masih diperdebatkan dan hanya berbasis legenda saja. Namun
pada kenyataanya pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Hingga pada
era sekarang tanggal 14 Februari, oleh para pemuda dan pemudi khususnya ummat
kristiani masih terus merayakan hari tersebut. Dan tak jarang orang-orang yang
merayakan hari valentine ini hanya ikut-ikutan saja tanpa mengetahui, asal
muasal dan hukum merayakannya.
Demikian
uraian tentang sejarah hari valentine atau valentine day’s. Mudah-mudahan
menambah wawasan kita.