Di era pandemi seperti ini membuat semua harga pokok termasuk rokok ikut naik, mahalnya harga rokok semakin membuatku kebingungan, lantaran pengeluaran yang semakin membengkak, jujur aku juga perokok namun belum parah seperti orang - orang diluar sana, sehari paling banyak hanya 3 - 4abatang saja, di warung banyak sih rokok yang terbilang murah namun untuk urusan rasa sangatlah jauh dari rokok yang biasanya aku beli dulu.Saat aku pulang kerja di dekat rumahku ternyata ada penjaul peralatan rokok, istilah kerennya tingwe atau bisa dibilang Ngelinthing dewe, dalam bahasa indonesia berarti melinting sendiri, yaah membuat rokok sendiri.
Sabtu sore mampirlah aku ditoko tembakau itu, kubeli semua peralatan set siap kebul, mulai dari tembakau, Cengkeh, Papir / Kertas, Lem, dan yang paling penting alat untuk melinthing, kubeli yang tipe tiga berlian alat kecil untuk melinting rokok. total harga Rp.23.000, udah dapat tembakau setengah ons, kubeli yang rasa Dunhil hitam karena aku cocok dengan rokok Dunhil hitam, uang Rp 23.000 bisa jadi 60 batang rokok, hemat bukan...???, jadi setiap gajian aku selalu menyempatkan membeli tembakau dan yang lainnya, pengeluaran uang membeli rokok pun aman, rasa bisa diotak - atik sendiri sesuai keinginan,
Itulah alasan aku mengambil Tingwe karena harga rokok pabrikan yang mahal, serta asyiknya saat melinting rokok dan mengotak - atik rasa jadinya aku suka dengan tingwe. Untuk varian rasa aku mempelajarinya di google maupun youtube, lihat tutorial - tutorial dari para senior tingwe, dengan bahan yang simple sih menurutku, yang penting mudah di dapat. Setelah lumayan lama aku bermain tingwe, akupun membeli alat linting terbaru tipe slorok yang saat itu kubeli dengan harga Rp. 25000 jadi aku mempunyai 2 alat linting. Itu sih pengalamanku menghadapi harga rokok pabrikkan yang terus saja naik, tapi jiwa ingin tetep ngebul, Tingwe solusinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar